Keluarga adalah permata.
Siapa sih,
yang tidak ingin hubungan dalam keluarganya tetap hangat dan stabil? Di tengah kesibukan kerja yang semakin mendera, kadang tanpa sadar kita menjauhkan diri dari pasangan atau
anak-anak. Tumpukan deadline tugas
kantor dan
tanggung jawab yang luar biasa banyak, hanya menambah kelelahan dan akhirnya
keluargalah yang menjadi korban. Tapi tahukah Anda, jika ada hal-hal lain di
luar kesibukan kerja yang
juga bisa menjadi penghancur keharmonisan keluarga?
Bercermin dari orang tua saya yang memiliki karakter bertolakbelakang dan sering berbeda pendapat, namun masih memiliki hubungan yang hangat seperti sahabat, maka poin-poinnya bisa dijabarkan seperti di bawah ini.
1. Tak
Ada Kehangatan dengan Pasangan
![]() |
Salah satu penghancur keharmonisan keluarga ini
disebut sebagai pemicu krusial konflik muncul. Keturunan
menjadi bagian penting dalam pernikahan. Setelah anak-anak lahir, kita akan
melakukan banyak hal agar kebutuhan mereka tercukupi. Namun, apakah Anda juga sudah menyeimbangkan
perhatian dengan pasangan? Hubungan ayah
dan ibu yang dingin merupakan contoh negatif bagi buah hati, terutama mereka
yang sudah menginjak remaja. Maka, penting untuk menunjukkan perhatikan pada
suami di depan anak-anak.. Kestabilan hubungan
suami istri menjadi dasar sehatnya relasi dalam keluarga. Ibu saya selalu mencium pipi ayah sebelum ayah bekerja, dan kami sebagai anak-anaknya sudah terbiasa dengan afeksi hangat seperti itu. Malah terkadang Ayah menggoda Ibu dengan kejutan ala anak kecil yang membuat kami tertawa.
2. Lupa Meminta
Maaf
Pernah
tidak Anda lepas kontrol sampai berteriak kasar pada anak-anak? Walau beberapa
saat kemudian menyesal, kadangkala kita lupa untuk meminta maaf pada mereka. Anak-anak
adalah kertas putih yang menunggu untuk diisi, dan tugas orang tua untuk
menuliskan hal-hal baik di kepala dan jiwa mereka. Buang rasa gengsi, dan
ajarkan pada anak-anak bahwa siapapun yang merasa telah melakukan kesalahan
tidak boleh malu untuk meminta maaf terlebih dahulu.
3. Komunikasi
yang Buruk
Berapa
kali Anda benar-benar berkomunikasi secara intens dengan suami dan buah hati? Bagi
ibu pekerja, komunikasi adalah hal yang krusial dalam kehidupan rumah tangga. Luangkan waktu untuk bisa saling menyapa, menanyakan
agenda, atau mendengarkan keluhan masing-masing. Ingat! Komunikasi yang buruk
dapat merenggangkan keharmonisan keluarga. Meski Ibu tidak bekerja pun, beliau selalu rutin menanyakan kabar Ayah hari ini dan menceritakan aktivitasnya sendiri. Orang tua saya juga membiasakan saya dan adik untuk mengabari ketika hendak kemanapun.
4. Membandingkan
dengan Orang Lain
Dengan
banyaknya media sosial seperti Facebook dan Instagram yang memaparkan kehidupan
serba menyenangkan orang lain, tanpa sadar kita akan terpaku dan mulai
membandingkan dengan diri sendiri. Melihat anak artis A yang jago main musik
klasik, kita jadi kepincut lalu mulai memaksa anak yang hobinya melukis untuk
belajar main piano, misalnya. Atau contoh kasus lainnya, ketika melihat suami
artis B yang rajin mengajak keluarga kecilnya liburan ke luar negeri, lalu Anda
mulai merengek ke suami untuk diajak liburan ke luar negeri juga. Padahal
kondisi keuangan belum memungkinkan, cicilan masih banyak namun Anda terus
menuntut, lama-kelamaan anggota keluarga pasti akan jengah. Ibu selalu membagi anggaran untuk pos pendidikan, kebutuhan pangan, listrik, dan pos darurat. Jika ingin berlibur, kami pergi ke kota terdekat dengan membawa bekal. Yang terpenting adalah momen bersama tanpa perlu ke tempat yang mahal.
Saya dan adik dibiarkan tumbuh sesuai dengan bakat dan minat kami. Saya yang tertarik dengan bahasa asing dan menulis, diizinkan mengambil kuliah Sastra Jepang dan aktif menulis hingga sekarang bisa menerbitkan beberapa buku. Adik yang berganti-ganti hobi dari olahraga dan musik, juga difasilitasi dengan alat musik yang ia suka seperti gitar. Orang tua berusaha mendukung hobi tetapi tetap mengawasi pendidikan formal kami dan lingkungan pergaulan.
Itulah
hal-hal yang berpotensi merusak hubungan
dalam
keluarga dan bagaimana cara kedua orang tua saya untuk meminimalisir faktor risiko tersebut Jangan sampai karena ego dan pride
yang terlalu tinggi,
malah mengganggu stabilitas
hubungan, ya. Be wise and love your
family wholeheartedly!
2 komentar
setuju banget, jangan suka membanding-bandingkan dengan orang lain..
saya yakin setiap orang memiliki keistimewaan dan kekurangan..
Bener mbak, kalo dipaksa sama jadinya anak malah stres, itu kata mama saya 😁
Posting Komentar