Penulis adalah sebuah profesi yang kini sedang naik daun.
Cabang-cabang dunia kepenulisan sekarang sangat beragam dari yang menulis di
media massa, buku atau media daring seperti blog. Apalagi kalau seseorang sudah
bisa menerbitkan sebuah buku, maka dijamin media sosialnya akan banjir
kekaguman. Ini bukanlah hal yang aneh sebab seseorang yang berhasil disiplin
untuk menulis puluhan hingga ratusan halaman dan menerbitkannya menjadi sebuah buku,
bisa disebut sebagai orang yang berdedikasi dan mau mengatur waktunya dengan
baik.
Apalagi kini jalan untuk menerbitkan buku juga semakin
mudah. Anda tak harus menunggu antrean panjang di penerbit mayor, sudah banyak
penerbit indie atau self publishing
yang juga bisa memoles naskah menjadi berkualitas, rapi serta memiliki branding yang bagus. Namun ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan Anda yang ingin menjadi penulis buku. Kalau bisa
jangan sampai memiliki mindset
seperti di bawah ini.
Malas Self Editing
Beberapa kali saya mendapati postingan teman yang juga berprofesi
sebagai editor buku mengeluh soal attitude
penulis. Salah satu attitude yang
sangat menyebalkan—saya juga berpikiran sama—adalah membebankan tugas mengedit
kepada editor. Padahal self editing akan
memperbesar peluang naskah diterbitkan di penerbit mayor atau lolos lomba
menulis di event penerbit indie.
Memang benar editor bertugas untuk menemukan kekurangan di
dalam naskah penulis agar bisa diperbaiki. Dan, fungsi pertama itu adalah
mereview sebelum memberi saran. Apalagi kalau misalnya dalam penerbitan indie
di mana penulis membayar biaya penerbitan awalnya, kadangkala penulis seolah
menganggap editor bertanggungjawab mempercantik karyanya. Penulis yang berpikiran
seperti itu biasanya akan bilang begini ketika diminta merevisi kekurangan
naskahnya,”Ah itu kan tugasnya editor buat bagusin karyaku. Aku nggak perlu
susah-susah mikir lagi.”
Bagi para penulis buku yang baru terjun di dunia kepenulisan
dan egois seperti itu, dengan segala hormat saya katakan Anda adalah calon
penulis gagal. Memang benar editor bertugas menemukan kekurangan dan memberi
saran pada naskah, namun tugas untuk merevisi adalah kembali pada penulis. Sebelum
mengirimkan naskah, setidaknya perhatikan kerapian tanda baca dan minimalisir
typo. Kerjasama yang baik antara editor dan penulis akan lebih mempercepat
proses revisi naskah. Lagipula dari review editor, kita akan belajar banyak hal
berguna demi meningkatkan kemampuan menulis.
Terburu-buru Ingin Buku Terbit Secepatnya
Menulis buku memang butuh waktu lama bahkan bisa berbulan-bulan
atau berujung tahunan. Ketika buku sudah masuk penerbit pun, pasti akan ada proses
editing, layout, proofreading, pendaftaran ISBN, penentuan kover yang jelas
membutuhkan waktu. Mau di penerbit mayor atau indie tentunya ada jadwal antrean
terbit dari buku-buku lain, maka penulis harus bersabar.
Penulis bisa
menanyakan dengan detail jadwal proses penerbitan dan juga mulai mengkomunikasikan
rencana promosi. Jangan memerintah seenaknya dan ingin diterbitkan cepat-cepat
dengan risiko wujud fisik atau isi buku yang kurang bagus.
Sumber: Unsplash.com (@arifriyanto) |
Malas Promosi
Jika buku sudah terbit maka aktivitas berikutnya adalah masa
promosi. Perlu digarisbawahi, meski terbit di jalur indie atau mayor, penulis
wajib mempromosikan karyanya. Hal ini menjadi hal yang harus dilakukan oleh
penulis pemula. Usaha Anda belum selesai sampai di waktu buku terbit saja. Beda
halnya jika Anda ingin menerbitkan buku hanya untuk koleksi pribadi, silakan
saja jika enggan promosi.
Promosi itu bisa dilakukan dengan menampilkan quote-quote menarik dari buku di
Instagram atau Facebook. Anda juga bisa bekerjasama dengan komunitas baca atau
menulis untuk mengadakan bedah buku. Untuk promosi di komunitas ini, juga dapat
memperluas networking Anda sebagai penulis. Siapa bilang menjadi penulis akan
membuat Anda hanya berkutat dengan buku, pena, kertas dan komputer saja?
Penulis juga perlu bersosialisasi terutama dengan rekan sesama
penulis. Saling bertukar info kepenulisan, saling membeli karya dan juga tetap
menjaga semangat menulis adalah hal-hal positif yang diperoleh jika kita
mengikuti komunitas yang tepat. Anda juga perlu menyetok beberapa eksemplar
buku untuk bisa dibawa kemanapun. Banyak pembaca yang ingin membeli buku
berbonus tanda tangan penulisnya.
Inilah beberapa hal yang perlu Anda jauhkan dari mindset seorang penulis. Attitude
positif akan menjadi personal
branding Anda, dan tunggu datangnya pembaca setia yang bakal menunggu karya
Anda selanjutnya.
11 komentar
keinget dulu pas pakai jasa penerbit indie sampe kejar2an buat ikutan ngedit setelah di edit sama bagian penerbit juga gara2 habis promosi udah ada aja yang pesen.
'Siapa bilang menjadi penulis akan membuat Anda hanya berkutat dengan buku, pena, kertas dan komputer saja?'
Love this!
makasii :D
waah semoga nggak jadi annoying ya hahahah,,,,tetep jaga komunikasi yang baik dengan penerbit :)
Siapa bilang menjadi penulis itu mudah. Karena banyak hal yang harus kita pelajari, mulai dari tanda baca, typo, dan lain-lain.
benar, nah sifat mau belajar ini yang harus ditegakkan karena juga dapat review dari editor :D
Siapa bilang jadi penulis itu gampang? Ternyata susah....hihihi. Bisa bayangin lebih susah lagi jadi editor. Terima kasih tips nya, saya masih perlu banyak belajar menulis dan self editing tentunya.
tetep semangat yaa :D
Makasih infonya keren. Saya punya mimpi buat novel. Lagi banyakin baca buku sambil cari ide menarik. Semoga gak hanya sekedar mimpi.
thumbs up.. bener banget mbak.. love love pokoknya mah 😍
Two thumbs up.. keren banget dan bener banget 😍
Posting Komentar