Proses Kreatif yang Saya Siapkan Sebelum Menulis



Menulis bukanlah pekerjaan yang sulit. Hanya butuh pena, kertas atau cukup gawai canggih. Kalau kita sudah tahu bagaimana asyiknya menulis, maka media tidak menjadi masalah. Saya biasa menulis di laptop, namun jika ada ide datang mendadak yang menuntut saya untuk segera ditulis, maka buku catatan akan siap menampung atau cukup saya ketik di gawai.

Menulis tidak butuh kemampuan khusus, namun jika ingin menjadi penulis produktif, tentunya ada banyak hal yang harus dipersiapkan selain alat-alatnya. Banyak pesan masuk ke dalam media sosial saya untuk bertanya bagaimana saya bisa menghasilkan artikel blog, menulis untuk kompetisi dan juga menulis untuk klien di tengah kesibukan sebagai pekerja kantoran? Proses kreatif apa yang saya lakukan agar ide menulis tidak berhenti?

Bagi saya, menulis itu sama seperti kegiatan seorang peneliti. Ada seni, riset, dan juga kedisiplinan agar ritme menulis tetap terjaga. Inilah proses kreatif yang saya siapkan sebelum menulis baik buku atau artikel blog.

Membaca

Kesannya memang sederhana dan sering digaungkan. Padahal ini memang penting. Membaca adalah bagian dari proses kreatif saya untuk mengumpulkan ide dan mencari tambahan sumber tulisan. Sebaiknya jangan asal membaca karena tren. Ada dua hal yang saya tekankan di saat membeli buku atau membaca buku yaitu, memilih genre yang saya suka dan membaca yang bisa memenuhi hasrat ingin tahu saya.

Maka saya terbiasa membaca dua buku berbeda. Untuk mengisi blog yang saya fokuskan untuk nonfiksi, otomatis saya akan membaca sesuai dengan hal yang sedang menarik perhatian saya saat ini. Ketika sedang menulis buku, saya akan mencari bacaan yang mendukung semangat saya untuk menulis. Khususnya jika sedang ingin tahu tentang suatu hal misalnya soal tema perempuan, saya bisa membaca lebih dari sepuluh buku yang terkait dengan isu perempuan entah dari novel atau biografi. Bacalah untuk memenuhi kebutuhan, bukan gaya-gayaan.


Siap Menjadi Reporter di Manapun

Ketika sedang memiliki proyek penulisan, saya berusaha untuk menjadi reporter. Buku catatan atau gawai akan selalu siap mencatat kalimat orang lain yang  bagus, momen lingkungan yang bisa menjadi deksripsi cerita, iklan billboard di jalan raya yang bisa menjadi pelengkap setting, apa saja di sekitar saya akan saya tangkap sebagai bahan.

Bahan-bahan random itu kesannya tidak berhubungan, namun ketika otak saya sedang dikondisikan sedang menulis buku romansa misalnya, maka saya akan fokus untuk siap menangkap momen apa saja yang mungkin cocok di dalam cerita. Curhatan teman terutama bisa menjadi tambahan elemen tokoh.


Bertindak Sebagai Peneliti

Selain bertindak bak seorang reporter, saya biasanya akan menganggap proyek penulisan sebagai obyek penelitian. Saya berkata pada diri jika sedang dalam proses membuat inovasi baru. Saya ramu tulisan awal dengan bebas, menyelesaikan sesuai deadline pribadi atau disesuaikan dengan deadline lomba contohnya, dan menyiapkan waktu untuk mengedit. Naskah yang baik adalah naskah yang selesai.


Itulah proses kreatif saya dalam menulis. Saya tidak berbicara tentang outline dan aktivitas teknis karena proses kreatif ini membuat otak kanan dan kiri saya bekerja. Semua indera aktif menangkap bahan di lingkungan. Nah, apa Anda punya proses kreatif lain? Let's write.





4 komentar

Okapi note mengatakan...

mencari ide menulis itu pasti membaca dulu. bahan atau materi yang kita baca bisa jadi referensi untuk menjadi modal menulis.

Anisa AE mengatakan...

Wah bener banget tuh Mbak, biasanya saya juga berpikir bahwa saya sedang seperti reporter hehe

Reffi Dhinar mengatakan...

wajib hukumnya buat penulis untuk membaca :)

Reffi Dhinar mengatakan...

jadi berasa asyik ya mbak kalau punya project wkwk