Lebih Waras dengan Motto Bodoh Amat

Sebuah pesan masuk dari salah seorang rekan. Dia berbagi cerita tentang ribetnya orang-orang di sekitarnya yang suka julid dan nyinyir dengan segala pencapaian yang diraihnya. Setelah membaca salah satu artikel blog ini, dia membenarkan akan ada selalu komentar miring untuk kesuksesan atau keberhasilan yang kita dapat.

Seperti buku Mark Manson yang berjudul ‘The Subtle Art Of Not Giving A F*ck’, saya pun sudah sering bertemu dengan karakter menjengkelkan begitu. Ikut membiayai hidup  saja tidak, namun komentarnya sudah melebihi orang tua saya. Saya yang sudah dinilai banyak orang punya karakter ini cuek saja, bisa juga drop semangatnya karena komentar yang menohok.



Bukan Anti Kritik
Kita harus tahu apa perbedaan kritik yang membangun atau kritik yang menyerang pribadi alias menjatuhkan. Semakin banyak menghasilkan buku atau berkegiatan, saya jadi makin tahu mana kritik yang membuat jatuh dan kalimat yang memberi koreksi. Saya senang dikritik, jika orang itu punya adab dan paham dengan ilmu yang ia bicarakan.

Pernah saya merasa malu dengan karya novel romance saya saat ada seseorang yang bilang, “Genremu nggak mutu, nulis itu yang bagus kaya Sidney Sheldon itu lho.”

Dia lalu menyarankan saya untuk memperluas genre bacaan. Saya hanya diam, tidak berhasrat membalas karena yang bersangkutan itu usianya jauh lebih senior. Anak muda yang berdebat dengan orang tua di depan umum sungguh menjatuhkan harga diri. Efeknya, saya jadi bersedih karena terlalu memikirkan hal itu.

Sahabat yang mengenal saya tahu apa saja yang saya baca. Dari novel, buku biografi, buku bisnis, travel, hingga buku pengembangan diri. Mengkritik tanpa substansi sama dengan menghina. Setelah beberapa saat, akhirnya saya sadar, orang itu hanya beda selera bacaan saja. Orang yang sukanya membaca buku horor, mungkin akan ilfil di saat membaca buku cinta-cintaan. Ya namanya beda kesukaan, jelas sudah tidak sekufu (ealah ini sedang membicarakan tulisan apa jodoh :D)

Sebaliknya saya sangat senang hari ketika ada yang mengingatkan kesalahan penulisan tanda baca, ejaan yang kurang pas, saran alur yang lebih baik dan lain-lain. Orang yang mengingatkan dengan teknik yang jelas bisa saya jadikan mentor. Guru tidak harus satu.




Bego Amat, Lebih Waras
Kadang-kadang mendengarkan pendapat orang itu perlu selama kita bisa menyaring mana yang perlu diresapi dan mana yang hanya cukup dianggap kentut. Kentut itu baunya menyengat, bukan? Tetapi tak lama kemudian kita melupakan kentut dan hidup biasa saja. Itulah kemiripan komentar julid dan nyinyir yang saya umpamakan angin kentut.

Semakin bertambahnya usia, kita tidak perlu banyak teman yang nyatanya tak memberikan kontribusi positif. Bukan berarti saya menyarankan putus tali silaturahmi, cukup bersabar dan menyapa itu perlu namun tak usah banyak bergaul dengan mereka atau mendengarkan nasehat toxicnya.

Saya sibuk dengan impian dan kesibukan positif sambil berusaha menjaga pola hidup seimbang. Prioritas utama adalah berkumpul dengan keluarga dan sahabat terdekat. Waktu 24 jam akan berkurang banyak dan menjadi tak produktif jika saya terlalu memusingkan cibiran orang lain. Bersikap bego amat jauh lebih menyehatkan jiwa serta pikiran.

Pernah saya mendapat teguran begini, “Wajahmu jelek, pergi ke salon supaya cantik.” Wow, jujur saya ingin menangis ketika diejek seperti itu. Saya berkaca di kamar mandi, apakah ada yang salah dengan wajah saya yang tidak memakai make-up tebal? Untungnya saya berpijak pada fakta, si komentator julid memang seleranya pada perempuan yang memakai make-up lebih mencolok.


Image result for bodoamat meme


Saya masih memperhatikan kebersihan kulit, pakaian juga sewajarnya, badan saya tidak bau, nyatanya dikomentari begitu kasarnya hanya karena soal selera. Betapa berbahayanya jika kalimat negatif itu terus saya kenang sampai tidak percaya diri lalu depresi.

Jadi untuk kalian yang sedang terkurung dalam jebakan lingkungan beracun, segera analisa dan cari pertolongan. Berkumpullah dengan lingkungan yang lebih positif dan menginspirasi. Dan ini untuk pengingat saya juga agar lebih peka sebelum mengkritik orang lain.

7 komentar

Anisa AE mengatakan...

Wah setuju banget nih kak. Memang terkadang hanya karena berbeda selera bisa membuat orang lain sakit hati ya

Lia Yuliani mengatakan...

Yess, haha ... Saringlah ucapan orang, bukan anti kritik. Lebih baik kalau ketemu orang begitu, hindari aja. Jangan terlalu lama berinteraksi dengan mereka. Sip, setuju, Mbak Reffi

Blog Rumahan mengatakan...

Betul ini, banyak orang yang terlalu gampang memberi komentar tanpa melihat lebih dalam apa yang sedang dikomentari, dan kadang tanpa keilmuan yang cukup (atau sekedar karena beda selera).

Jadi inget komik strip yang ada pasangan suami istri dan keledainya. Istri naik, dikomentarin, suami naik dikomentarin, dua-duanya naik dikomentarin, nggak dinaikin, dikomentarin juga. duh!

Reffi Dhinar mengatakan...

Dan lucunya dipaksain selera sama 😂

Reffi Dhinar mengatakan...

Iyaa beneran bikin emosi soalnya

Reffi Dhinar mengatakan...

Hahaha ciri-ciri juliders +62

lithaetr mengatakan...

Terkadang bodo amat memang diperlukan, biar hati dan pikiran lebih sehat. Kalau kritiknya membangun sih dengarkan, kalau cuma usil tutup kuping saja, hehehehe. Terima kasih tipsnya mba.