Jika Tulisanmu Harus Direvisi Besar-besaran





Awal tahun ini saya menerbitkan buku tunggal kesebelas. Sebuah novel genre misteri yang belum pernah saya buat, akhirnya selesai juga di pertengahan tahun 2019. Novel tersebut saya ikutkan dalam kontes Gochengllenge penerbit AT Press Solo. Beruntung novel saya masuk lima besar dan ini menjadi pencapaian berharga. Misteri adalah salah satu genre yang saya suka, namun untuk menuliskannya belum ada keberanian sampai ada tantangan menulis dari AT Press Solo.

Ditambah sebuah kalimat iseng dari seorang yunior di kampus, “Mbak Reffi, coba sesekali menulis thriller, aku pengin baca.”

Kalimat itu tertanam dan mendorong saya ingin keluar dari zona nyaman. Akhirnya dimulailah perjalanan cerita berjudul La Venganza. Awalnya novel ini mau saya beri judul Revenge. Tetapi ketika saya cek di Google, judul ini banyak sekali kembarannya. Karena itu akhirnya saya coba cari judul dari bahasa asing hingga menemukan dalam bahasa sapnyol. La Venganza pun terpilih menjadi judul pilihan.





Novel selesai sesuai deadline. Namun setelah memasuki proses revisi, naskah tersebut mendadak mendapat banyak sekali catatan. Setelah saya baca ulang, memang banyak sekali kekurangan dari segi plot dan karakter. Padahal pembaca ceritanya di Wattpad menilai La Venganza memiliki keseruan, tetapi ketika saya baca lagi sesuai petunjuk editor, wah memang banyak sekali minusnya.

Karena terbiasa menulis romance dan teenlit, saya akui jika kekurangan itu pasti mutlak adanya, hehehe. Saya pun melakukan perombakan besar-besaran. Tiap ada yang tidak dipahami akan saya tanyakan kepada editor sampai kekurangan itu bisa diminimalisir.

“Wah pasti capek dong kalau sampai merombak besar-besaran? Apa nggak rugi waktu?” Ada yang bertanya.

Tentu saja tidak. Justru makin detail hasil review editor, maka makin banyak yang bisa saya perbaiki. 



Hanya penulis sombong yang meremehkan peran editor dan cinta buta dengan naskahnya. Inilah yang seharusnya dilakukan dan dipahami penulis jika harus merevisi naskahnya.

1.      Cocokkan Hasil Review dengan Bagian yang Dikritik

Editor akan memberikan daftar bagian mana saja yang kurang dari naskah kita. Saya baca satu per satu, poin per poin, lalu saya cocokkan dengan naskah. Misalnya, jika bab 2 ini kurang tajam deskripsi tokohnya, maka akan saya baca lagi. Saya jelaskan maksud si tokoh lalu minta saran sebaiknya dibentuk seperti apa. Simpan hasil revisi dengan nama file baru dan blok kalimatnya dengan warna agar tahu bagaimana perubahannya dari naskah sebelum revisi.


Dengan tema dendam keluarga, saya utak-atik
agar cerita tidak terlalu berkembang tanpa batasan

2.      Jangan Ragu Membuang Bagian yang Mengganggu

Saya menyebutkan di masa promosi jika La Venganza versi cetak akan berbeda jauh dengan versi Wattpad. Di masa revisi, ada adegan yang setelah saya baca sebenarnya termasuk pemborosan tidak penting. Sekali lagi berkat editor, saya baru dapat mengetahui kekurangan tersebut. Sebelum membuang, coba cek bagian sebelum dan sesudahnya, catat apa saja yang ikut berubah jika bagian itu dihilangkan. Jika tidak terkoneksi hubungan sebab-akibatnya, malah akan menambah plot hole baru.

3.      Periksa Kembali Daftar Tokoh

Masalah yang sering muncul di dalam novel adalah tokoh yang masuk dalam cerita terlalu banyak. Seperti yang saya tulis di La Venganza, ada beberapa tokoh yang saya buat dengan tujuan menaikkan tensi cerita dan alur. Dalam proses editing, akhirnya saya diminta editor membuat tabel semua tokohnya beserta peran dan watak masing-masing.

Demi menjaga batasan cerita agar tidak ngelantur, tokoh
sampingan kurang berfaedah pun saya hilangkan


Setelah saya teliti satu per satu, memang ada tokoh-tokoh yang sebenarnya tidak terlalu signifikan perannya jika dihilangkan. Saya tajamkan adegan tokoh yang masuk dalam elemen utama cerita, tokoh sampingan bisa dihapus. Untuk bisa menghapus tokoh tidak penting, kita harus benar-benar mengerti jalan ceritanya.

4.      Bangun Komunikasi yang Baik dengan Editor

Klise sebenarnya namun masih banyak penulis pemula yang masih menganggap editor harus memoles cerita lalu si penulisnya lepas tangan. Ada juga yang bersikukuh tidak mau membuang bagian tidak penting dengan alasan sudah capek berpikir (ya ini pernah saya alami sebagai editor, haha). Meskipun telah menerbitkan 11 buku sekalipun, editor adalah rekan yang sangat penting bagi saya. Tanpa mereka, naskah saya bisa jadi buruk adanya.


Blurb novel saya, silakan dibaca untuk tahu gambaran ceritanya :D


Jika ada hasil review yang kurang sesuai dengan pendapat kita, komunikasikan dengan baik. Editor tidak berhak mengubah alur cerita, namun berperan dalam menyarankan cara memperbaiki kekurangan. Meskipun perombakan besar-besaran terjadi di La Venganza, alur utama ceritanya tidak berubah. Saya dan editor saling bersinergi.



Setelah masa editing selesai, maka tinggal tunggu proses cetak. Berikutnya, biarkan pembaca menilai. Akan ada yang suka dan ada yang membenci mungkin. Jangan baper karena selera pembaca itu berbeda-beda, yang paling penting kita sudah bekerja sebaik mungkin dalam menulis dan merevisinya. We do the best, let’s God finishes the rest!






3 komentar

Latifah Kusuma mengatakan...

Meski aku belum penulis, tapi real banget sama kehidupan freelance writer yang ku jalani. Bener Kak Reff, dibutuhkan kerja keras untuk mencapai hasil yg indah. Semangat

Reffi Dhinar mengatakan...

Semangat buat kamu yaa

Mas Akrom mengatakan...

Jangan takut buat revisi, hasilnya juga yang bagus tulisanmu juga