3 Bukti Menulis Membentuk Struktur Berpikir

3 Bukti Menulis Membentuk Struktur Berpikir


Ada beberapa pertanyaan yang masuk menanyakan bagaimana saya bisa menyiapkan kelas dan juga sesi workshop sendiri padahal menulis dan berbicara adalah dua hal berbeda. Memang jika kita percaya diri untuk tampil di depan umum, belum tentu kita mudah menyampaikan ide lewat tulisan, begitu pula sebaliknya. 

Sebenarnya, berbicara itu tidak terlalu sulit. Bukan berarti saya adalah seorang pembicara andal sebab saya juga masih harus banyak belajar, tetapi menyampaikan ide secara verbal sebenarnya bisa dibentuk dari menulis. Menulis tidak hanya mengeluarkan ide dan keresahan hati, tetapi juga bagaimana kita menjadikan tulisan untuk merapikan struktur berpikir. 
(Baca Juga: Jadi Content Creator Jangan Nyebelin)

Jika terbiasa menulis dalam urutan yang sistematis, berbicara pun sama halnya. Berbicara saja tanpa asumsi dan juga pendahuluan yang pas, seperti halnya tulisan yang mendadak masuk ke dalam isi tanpa membuat pembukaan yang menarik pembaca.

 

Membantu Menyelesaikan Pertanyaan Sulit

Manfaat pertama yang saya rasakan setelah terbiasa menulis adalah bisa sigap mencari sumber referensi bacaan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah serta terbiasa untuk mencari sumber dari sudut pandang berbeda-beda. Contohnya ketika saya hendak memilih fakultas apa yang ingin saya masuki setelah lulus SMU. Saya tulis beberapa kelebihan kampus yang menarik minat dengan program studi serupa, saya tulis informasi yang saya dengar, saya baca brosur akademiknya, lalu menulis kembali kelebihan serta kekurangan masing-masing.


3 Bukti Menulis Membentuk Struktur Berpikir
Source: Unsplash (@emilymorter)

Begitu pula ketika saya mengikuti konferensi atau lomba debat. Pertanyaan yang diberikan saat kompetisi akan saya tulis ulang lalu saya baca perlahan. Setelah ditulis, biasanya ide akan muncul. Ide tersebut saya tulis lagi lalu ditelusuri unsur sebab akibatnya sampai menemukan sekiranya jawaban apa yang paling pas untuk sebuah pertanyaan. Memang tidak selalu pertanyaan itu akan mudah dijawab. Setidaknya dengan menulis, keruwetan pikiran saya bisa terurai lalu soal dan masalah yang saya hadapi bisa dibaca berulangkali sampai poin pentingnya bisa ditemukan.
(Baca Juga: Jika Tulisan Harus Direvisi Besar-besaran)

Apakah kalian suka menonton serial atau drakor bertemakan crime? Para detektif dan pengacara biasanya selalu membuat catatan alur kasus di papan. Mereka mencatat informasi apa saja yang didapat dari saksi dan bukti yang ditemukan. Setelah dikumpulkan dan diamati berulangkali, kumpulan catatan itu biasanya akan memberikan clue. Begitulah hebatnya aktivitas menulis. Kita pun bisa mempraktekkannya di kehidupan sehari-hari.


Menulis Bisa Mendistraksi Emosi Negatif

Saya adalah seseorang yang cukup perfeksionis jika soal goal dan target. Meskipun bukan seorang workaholic, saya sangat suka membuat project dan juga menerima banyak job menulis. Sesungguhnya ini terkait dengan manajemen emosi saya. Jika saya terlalu lama tidak menulis dan membaca, biasanya emosi saya mudah terpicu naik. Apalagi jika membaca terlalu banyak berita negatif seperti isu Covid-19 di berbagai negara.  (Baca Juga: Manajemen Energi Penulis)


3 Bukti Menulis Membentuk Struktur Berpikir
Source: Unsplash (@tengyart)

Menonton drakor dan membaca saja tidak cukup. Saya perlu menuliskan opini terlait hal-hal yang meresahkan dan mengganggu pikiran saya. Makanya blog ini menjadi salah satu media berharga yang merekam jejak catatan pikiran saya. Emosi negatif bisa direduksi berkat menulis.

Menulis Membantu Kemampuan Berkomunikasi

Saya pernah bertemu seseorang yang sebenarnya cerdas namun penyampaian idenya sangat sulit dipahami. Setelah saya membaca tulisannya, ternyata banyak sekali istilah sulit yang saat dibaca berkali-kali pun membuat alis saya mengernyit. Kecerdasan tidak dilihat dari sulitnya istilah kata yang kita pakai, tetapi bagaimana kita menjelaskan hal yang sulit dengan bahasa yang mudah dimengerti.

3 Bukti Menulis Membentuk Struktur Berpikir
Source: Unsplash (@marcosjluiz)

Maka tiap kali saya akan menyiapkan kelas atau workshop yang mengharuskan banyak bicara di depan orang lain, biasanya saya menyusun apa saja kalimat yang akan saya ucapkan. Tidak sama persis, hanya semacam guideline agar saya tidak gugup karena mencari bahan. Semakin mudah dimengerti tulisan yang saya buat, saya merasa semakin mudah ketika menyampaikannya secara lisan. Saya harus paham dan menguasai materinya, baru bisa menyampaikannya untuk orang lain.

Tentunya menulis juga harus didampingi dengan membaca. Dua aktivitas ini tidak bisa dipisahkan jika ingin memperbaiki kerangka berpikir dan kemampuan berkomunikasi kita.

8 komentar

Bang Day mengatakan...

Apalagi nulis blog yang informasinya harus valid, berarti harus banyak membaca referensi2 lain

Fransisca Williana Nana mengatakan...

Wah benar sekali. Antara menulis dan membaca memang menjadi satu kepaduan. Dari aktivitas membaca sekaligus menulis memang benar membantu kerangka pola berfikir yang lebih logis dan signifikan. Otak tidak ribet dalam merangkai pikiran pun juga berbicara, maka dari itu saya sangat suka kedua aktivitas tersebut baik dalam hal nya membaca tulisan apapun begitu juga merangkai kata dalam tulisan.

Reffi Dhinar mengatakan...

Iya benar agar tidak menyesatkan pembaca

Reffi Dhinar mengatakan...

Iya jadi kalau mau berbicara pun kita sudah terbiasa kritis

Arenapublik mengatakan...

bener... menambah literasi juga nih dengan menulis

Bang Day mengatakan...

Kasian klo kita malah memberi informasi yang sesat yah

Reffi Dhinar mengatakan...

Iya bener bangeet

Mas Prim mengatakan...

Kualitas tulisanmu adalah cerminan dari kualitas bacaanmu. Mungkin seperti itu ya mbak, korelasinya menulis dan membaca.