Jalan-Jalan Satu Hari di Kota Malang


Jalan-Jalan Satu Hari di Kota Malang



Saya sangat suka jalan-jalan. Semenjak pandemi melanda, otomatis kegiatan jalan-jalan pun harus tertunda. Namun, saya masih bisa melakukan staycation dan traveling singkat di kota terdekat termasuk jalan-jalan di kota Malang. Pokoknya saya tidak  memilih ketika libur hari besar dan mencari tempat wisata yang tidak terlalu ramai pengunjung. 

Pada awal Januari lalu, saya melakukan solo trip  singkat ke kota Malang. Di akhir tahun sampai awal Januari, sebenarnya kantor memberikan libur satu minggu, tetapi saya enggan bepergian jauh karena pasti akan banyak luapan manusia di banyak tempat wisata.


Pergi ke Malang dengan Hadiah

Gatal sekali rasanya kalau liburan panjang lantas tidak pergi ke mana-mana. Saya pun teringat dengan hadiah ulang tahun dari seorang sahabat yang belum saya gunakan. Lita,  sahabat sejak SMA sekaligus kawan traveling sampai ke Kuala Lumpur, memberikan hadiah voucher menginap. Hotel bisa saya pilih sesuka hati. Akhirnya saya gunakan hadiah dari Lita untuk mencari hotel di pusat kota Malang.

Setelah medapatkan hotel di Sahid Montana Dua,  saya memesan tiket kereta api lokal dari Sidoarjo ke stasiun Malang Kotabaru. Hotel tersebut sebenarnya punya desain antik yang unik. Namun, mungkin karena efek dari pandemi, makaya hotelnya sepi  dan terksan horor. Kamarnya bersih, tetapi bagian lorong menuju kamar terkesan kurang terawat. Dengan kepekaan yang lumayan soal hal berbau astral, saya bisa merasakan seperti ada beberapa sosok tidak terlihat yang mengawasi, saking sepinya. 





Overall, saya tetap nyaman karena menu sarapan di hotel Sahid Montana Dua termasuk enak dan ada kolam renang asri yang bisa menyejukkan mata ketika menikmati sarapan pagi. Karena saya niat jalan-jalan singkat di pusat kota, berikutnya saya akan membagikan ke mana saja sih tujuan menarik yang bisa dicapai selama dua hari satu malam di kota Malang?

Wisata Kuliner

Apa saja yang bisa dilakukan di pusat kota Malang? Sangat banyak, terutama kalau kamu suka wisata kuliner. Berhubung saya adalah tipe traveler yang tidak mau memforsir energi, tentu saja saya membuat jadwal cukup rapi agar acara jalan-jalan tidak tergesa-gesa.

Suasana antik di Toko Oen


Tujuan pertama adalah mampir ke Toko Oen. Sejak kcil saya sering mendengar cerita legendarisnya Toko Oen dari keluarga besar. Namun, saya belum pernah sama sekali menginjakkan kaki di sana. Setelah mencari informasi di Google Map, ternyata Toko Oen lokasinya dekat dengan stasiun. Saya memutuskan untuk mampir dulu ke sana sebelum check-in di hotel.






Suasana Toko Oen sangat terasa jadul. Banyak yang datang dengan keluarga dan teman terdekat. Untuk harga menu memang cukup pricey. Saya memesan chicken salad dan rasanya sangat lezat. Sebagai penggemar gedung tua, museum, dan hal-hal berbau vintage, saya sangat suka dengan interior Toko Oen. Dari sini saya belajar juga mengenai cara mereka melestarikan bisnisnya sejak tahun 30-an.




Karena Toko Oen masih mempertahankan suasana jadulnya, tentu saja tidak ada AC. Untung ventilasinya besar-besar sehingga keringat tidak sampai terlalu banyak keluar. Selesai menyantap salad, saya langsung pergi ke hotel untuk check-in.

Mencoba Bakso Damas


Saya memilih hotel Sahid Montana Dua karena dekat dengan tempat kuliner lain yang juga cukup terkenal yaitu Bakso Damas. Kurang lengkap rasanya kalau pergi ke Malang tanpa mengunyah bakso. Kebetulan saya belum pernah mencoba Bakso Damas ini.

Letak Bakso Damas tidak jauh dari hotel. Saya cukup jalan kaki lima menit sampai ke outletnya. Model baksonya kita ambil isinya sendiri lalu pegawai outlet akan memberi kuah dan mengambilkan minuman. Harganya juga tidak terlalu mahal. Rasanya pasti enak dong. Bakso khas Malang itu selalu cocok di lidah saya, baru nomor duanya bakso solo.

Berpetualang ke Museum Brawijaya

Museum ini berlokasi di Jalan Besar Ijen No 25 A, Kota Malang. Sebenarnya saya mau berkunjung ke museum lain, tetapi sayangnya tutup. Mumpung Abang Gojek masih belum pergi dan bisa mengganti rute, saya putuskan untuk lanjut ke Museum Brawijaya.




Museum Brawijaya direncanakan untuk dibangun sejak tahun 1962 oleh Brigjend TNI (Purn) Soerachman. Pembangunan museum dimulai sejak tahun 1967 dan selesai tahun 1968. Wah, ini sih mama saya baru lahir, hehe. Kalau melihat isi museumnya, kita akan belajar sejarah perjuangan TNI sejak masa penjajahan dan di saat banyak pemberontakan lokal serta agresi militer terjadi.

Koleksi menarik masa lalu


Di halaman museum, kita akan disambut dengan tank besar yang masih terlihat gagah. Museum buka pada pukul 9 pagi dengan tiket 5000 rupiah saja. Sebenarnya museum ini bersih, sayangnya sangat sepi peminat. Ketika saya datang, baru saya saja yang menjadi pengunjung pertama. Selang satu jam, baru ada 3 orang pengunjung lain.



Sebagai penggemar sejarah, saya seperti membuka memori masa silam jauh sebelum saya dilahirkan. Barang-barang yang dipamerkan juga punya nilai sejarah tinggi, seperti senjata, mesin telegram serta mesin tik kuno, pakaian seragam serdadu, dan barisan pajangan surat kabar lama.






Yang paling saya suka tentu saja barisan surat kabar tersebut. Saya menghabiskan waktu cukup lama untuk membaca setiap pajangan. Tentu saja karena surat kabar tersebut masih menggunakan ejaan lama, makanya saya butuh waktu untuk memahami. Menariknya lagi, saya juga membaca huruf-huruf Jepang di surat kabar tahun 45. Terpakai lagi nih ilmu Bahasa Jepang saya, haha. 

Potongan cerita masa kelam zaman pergolakan

Sampai di bagian surat kabar yang menjelaskan berita pemberontakan lokal, saya tertegun. Mungkin karena lingkup kejadiannya di wilayah lokal area Jatim, tidak semuanya masuk di buku Sejarah. Saya membaca tentang penangkapan pemberontak di daerah Blitar dan daerah lainnya. Lalu wajah-wajah narapidana yang terlihat putus asa.





Rasa-rasanya ketika melihat foto-foto hitam putih itu, saya seperti merasakan sesuatu yang sesak. entah apa sebabnya. Di masa-masa penuh pergolakan setelah Indonesia merdeka, banyak warga yang memilih untuk memberontak atau berjuang. Semua punya alasan sendiri-sendiri. Saya jadi bersyukur karena terlahir di era penuh perdamaian. Rasanya pasti sulit ketika hidup di masa sering terjadi perang dan situasi ekonomi sangat tidak stabil.


Selesai berkeliling museum, saya langsung kembali ke hotel untuk siap-siap check out. Pulang dari staycation, saya merasa bahagia karena bisa menjelajahi sudut-sudut baru di kota Malang. Mungkin berikutnya saya bisa berkeliling ke tempat lain ketika ingin staycation singkat lagi.

5 komentar

fanny_dcatqueen mengatakan...

Aku selalu suka museum yg bertema sejarah perjuangan mba. Rasanya kayak penasaran, gimana kejadian sebenernya yg dulu terjadi. Apalagi kalo ada bloody history yg terlibat.

Sayang dulu pas ke Malang aku cuma sehari, ga banyak tempat yg bisa didatangi. Jadi masih kurang banget sih 😄. Next kalo kesana lagi mau puas2in eksplor wisata malang .

Ainun mengatakan...

Malang selalu dihati pokoknya mbak
aku bertahun-tahun tinggal di Malang malah belum peprnah masuk museum Brawijaya :D
waktu awal-awal munculnya bakso damas ini, kayaknya jadi wajib dikunjungi buat warga dari luar Malang, sama bakso president mba

Jalan Seru mengatakan...

Di malang itu udaranya enak banget, adem dan sejuk jadi cocok banget untuk staycation dan healing dari kerjaan yang bikin suntuk

khonsa mengatakan...

Di Malang emang paling juaraa deh bakso nya, bakso dimana-mana enak semuanya dan muraah :D

Anisa AE mengatakan...

Liburan satu hari aja di Malang, hemm kurang puas pasti banyak banget destinasi wisata yang perlu dikunjungi. Aku yang di Malang juga suka ke museum atau ke kafe-kafe, kapan-kapan berkunjung lagi aja ke sini, Mbak.