Jelajah Sejarah di Tempat Terfavorit yang Ada di Georgetown, Penang



Hari kedua di Penang saya dan Lita melanjutkan jelajah sejarah di kawasan Esplanade dan salah satu tempat syuting Crazy Rich Asian. Sebagai penggemar tempat bersejarah dan bangunan antik, hari kedua inilah yang paling saya tunggu. Sebelum menuju lokasi utama, Lita bilang dia ingin mampir ke Starbucks dekat kawasan Esplanade. Dia adalah penggemar kopi, berbeda dengan saya, jadi aktivitas ngopi di tempat unik menjadi salah satu kebutuhan.


Bestie


Benar saja. Di sepanjang perjalanan, saya bisa melihat jajaran kawasan bangunan ala Eropa yang membuat saya sekali lagi terkagum-kagum. Kalau di daerah Armenian Street, bangunannya mengingatkan saya dengan film Hongkong lama, di jalanan menuju Esplanade, saya lebih sering melihat bangunan ala kolonial. 



Depan Starbucks


Starbucks yang kami kunjungi juga bangunannya ala Eropa dengan warna putih tulang. Rasanya sayang sekali kalau bagian depannya tidak dijadikan latar belakang foto. Saya seperti sedang jalan-jalan pada era penjajahan Inggris. Udara masih lembab, tetapi saya menikmati hari kedua di Geogetown dengan sukacita.



Ceria di Esplanade, Georgetown

Kawasan Esplanade di Georgetown, Penang, Malaysia memiliki sejarah yang panjang dan kaya. Pada abad ke-19, kawasan ini menjadi pusat perdagangan utama di Asia Tenggara, dengan banyak kapal dagang yang berlabuh di pelabuhan Georgetown.

Namanya juga tempat bersejarah, saya bagikan sedikit sejarah singkatnya, ya. Pada 1880, Pemerintah Kolonial Inggris membangun sebuah taman di kawasan ini yang dikenal sebagai Padang Kota Lama. Taman ini menjadi tempat pertemuan penting dan arena olahraga, seperti untuk bermain kriket dan tenis. Selama masa penjajahan, taman ini juga menjadi tempat untuk upacara militer dan perayaan keagamaan.

Pada awal abad ke-20, taman ini direnovasi dan dinamai Esplanade. Di sekitar Esplanade dibangun juga beberapa bangunan penting seperti Gedung Dewan Kota, Gedung Mahkamah Tinggi, dan Masjid Kapitan Keling. Bangunan-bangunan ini menjadi bagian penting dari kawasan sejarah Georgetown yang sekarang dikenal sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.



Setelah kemerdekaan Malaysia pada 1957, Esplanade terus ditingkatkan dan dikembangkan sebagai pusat budaya dan rekreasi. Saat ini, Esplanade menjadi tuan rumah berbagai acara seperti konser musik, festival seni, pesta rakyat, dan menjadi tempat favorit bagi warga setempat dan turis untuk berjalan-jalan, berolahraga, atau sekadar menikmati pemandangan laut dan kota Georgetown yang indah.

Dekat bangunan indah,
pantainya cantik

Saya langsung asyik berfoto-foto di gedung menarik seperti City Hall yang menjadi ikon. Kebetulan juga, bangunan bergaya Victoria ini bersisian dengan pantai dan lapangan hijau luas. Banyak pengunjung yang datang untuk berolahraga. Saya sampai mengira kalau sedang tur musim panas di Eropa. Ya, anggap aja begitu dulu, hahaha. Kawasan Esplanade ini menjadi tempat Kapten Frances Light, pertama kali berlabuh pada 17 Juli 1786 setelah menyatakan bahwa Pulang Penang ditaklukkan dan resmi masuk bagian Kerajaan Inggris.




Selain menjadi tempat awal Kapten Light mendarat, di sini saya juga tertarik merekam sebuah batu peringatan yang berisi nama-nama korban tewas ketika Perang Dunia I. Setelah saya coba cek sejarahnya di internet, prasasti itu disebut Cenotaph. Isinya adalah nama-nama serdadu Sekutu yang tewas ketika perang dunia dan digunakan untuk mengenang pengorbanan mereka. Puas mengambil foto dari sisi pantai dan burung-burung merpati yang sedang asyik makan, saya dan Lita bergerak menuju Pinang Peranakan Mansion.

Pinang Peranakan Mansion

Pinang Peranakan Mansion adalah sebuah museum yang terletak di Jalan Tun Tan Cheng Lock, Georgetown, Penang, Malaysia. Museum ini didirikan pada tahun 1895 dan sebelumnya adalah sebuah rumah tinggal bagi keluarga Peranakan yang kaya dan berpengaruh di Penang.

Bagian depan Pinang Peranakan Mansion

Museum ini memamerkan berbagai artefak, perabotan, dan koleksi seni dari kebudayaan Peranakan, yang merupakan hasil dari perkawinan antara orang Tionghoa dan Melayu. Pengunjung dapat melihat barang-barang yang digunakan oleh keluarga Peranakan seperti pakaian, perhiasan, peralatan makan, dan perabotan rumah tangga.



Selain koleksi barang-barang antik, museum ini juga memiliki interior yang indah dan unik, dengan gaya arsitektur Peranakan yang khas. Dinding-dindingnya dihiasi dengan lukisan-lukisan dan keramik-keramik cantik yang menggambarkan kehidupan dan budaya Peranakan.

Jadi anak Bunda Michelle Yeoh dulu


Pinang Peranakan Mansion pernah dijadikan lokasi syuting untuk beberapa film, di antaranya adalah film
Crazy Rich Asians yang dirilis pada 2018. Museum ini menjadi lokasi syuting untuk adegan pesta mewah di dalam rumah keluarga Peranakan yang sangat elegan. Pinang Peranakan Mansion juga pernah menjadi lokasi syuting untuk beberapa drama televisi dan film lokal.


Museum ini menjadi incaran saya sejak sebelum datang ke Penang. Sebagai penggemar film, rasanya asyik saja bisa berkunjung ke tempat syuting dilm yang pernah saya tonton. Suasananya khas rumah orang Cina zaman dulu seperti yang saya tonton di film mandarin. Perabotannya terlihat mewah dan arsitekturnya elegan. Saya memotret hampir semua bagian ruangan. Apalagi di sini juga pernah dikunjungi Ratu Elizabeth. Maklum, dulu Penang juga pernah menjadi bagian dari Kerajaan Inggris.


Puas berfoto, saya juga sempat duduk sambil membayangkan kejadian masa lalu. Andai bangunan di Surabaya juga dikelola sama seriusnya, pasti banyak rumah-rumah lama yang bisa dijadikan museum. Perjalanan selesai. Perut saya lapar dan saya pun mengajak Lita untuk kembali ke Armenian Street untuk mencari makan di sana. Saya mencari restoran dekat Pinang Peranakan Mansion, tetapi banyak yang tutup karena hari Minggu. Lucu juga, sih, ternyata kawasan pariwisata tidak menjamin bakal banyak toko yang buka.


Balik Armenian Street lagi


Perjalanan hari kedua ini menjadi hari terakhir kami di Penang sebelum kami terbang ke Kuala Lumpur. Di sana akan ada cerita menarik lagi yang membuat saya percaya pada kebesaran Allah SWT. Happy Traveling!


(Baca Juga: Melintasi Dua Masa di Georgetown Penang)

3 komentar

Anisa AE mengatakan...

Kota klasik di daerah Eropa memang selalu ciamik, ini yang bikin pengin selalu ke sana. Bangunan yang unik seperti ini memberi kesan kuno sekaligus sakral. Ternyata ada tempat bersejarah seperti ini ya di sana. Terima kasih informasinya!

fanny_dcatqueen mengatakan...

Aahhhhh kangen Ama Penang 😍😍. Dulu aku Ama temen2 kampus sering nongkrongnya di Padang kota lama mba. Banyak makanan di situ, apalagi kalo malam.

Eh baru sadar kalo peranakan mansion tempat syuting film crazy rich 🤣. Aku baru sekali sih kesana. Memang bagus yaaa. Suka liat barang2 vintage yg masih dirawat di sana. Termasuk aku ga abis pikir pas liat sepatu2 ukuran mungil yg digunakan mengikat kaki anak2 perempuan dari kecil supaya ttp kecil kakinya 😔.

Awal Juli aku mau ke Penang lagi, seminggu pula. Sebenernya kebanyakan sih, 7 hari utk Penang doang. Tapi nenang tujuannya hanya mau santai dan nostalgia sih 😄. Jadi sengaja agak lama

Ainun mengatakan...

baca ini jadi kangen Penang, sekeren itu Penang, kulinernya juga enak dan banyak tempat yang bisa dikunjungi. rasanya kalau 1-2 hari kurang.
Dan bangunannya estetik semua
Dulu jalan kaki kemana-mana mah nyantai aja, karena kotanya nyaman buat diexplore jalan kaki