Rahasia (Episode 1)

Aku terperangkap. Sekali lagi aku terjebak pada sorot sayunya. Ketika aku sedang menikmati keindahan sosoknya yang sederhana dari tempatku yang tersembunyi, tak diduga ia menoleh dan menangkap basah aku. Dia adalah pria dengan sikap paling dingin yang pernah aku kenal. Sebentar, aku hanya sekedar tahu namanya, berarti kami tidak pernah benar-benar saling berkenalan. Tubuhnya sedikit lebih tinggi dibandingkan tubuhku. Rambutnya berpotongan cepak rapi. Senyumnya, hmm sepertinya aku jarang sekali dan hampir tidak pernah melihatnya tersenyum. Ia selalu tampak angkuh dan tak peduli dengan lingkungan sekitar.

Jantungku berhenti untuk sepersekian detik ketika ia menyunggingkan senyum tipis hampir tak kentara, lalu ia berjalan mendekatiku.

“Sedang membaca apa, Rani?” tanyanya tanpa basa-basi sembari menarik kursi dan duduk di sampingku.

Aku terperangah tak percaya. Ia mengetahui namaku. Tapi bagaimana bisa? Aku berusaha menguasai diri dan menjawab dengan setenang mungkin,”Sedang baca novel aja,”

Beberapa siswi yang melihatku terlibat percakapan dengannya seperti mendapati pemandangan langka. Wira Si Pangeran Dingin yang tak sadar dirinya populer di kalangan siswi SMU Pelita, menyapa Rani- gadis sederhana yang hobinya menghabiskan waktu di perpustakaan sekolah.

“Aku lihat, kamu hampir tiap hari datang ke perpus. Apa perutmu nggak pernah lapar tiap istirahat hanya menikmati buku sendirian?” tanyanya masih dengan senyum yang tak mampu kuartikan.

“Lapar sih, tapi aku sudah bawa bekal dari rumah jadi tidak perlu ke kantin,” jawabku.

Wira mengerlingkan bola matanya sambil bersandar santai di kursi. Aku sendiri berusaha menahan gelisah dan menjaga agar jangan sampai terlihat salah tingkah. Berikutnya aku mencoba fokus pada bacaanku.

“Kamu suka novel-novel petualangan ngayal kaya gini?” Wira bertanya lagi sambil menunjuk buku yang kubaca, berjudul The Host karya Stephanie Meyer.

Aku sedikit sebal dengan pertanyaannya karena aku memang sangat menggemari bacaan berbau petualangan dan fantasi,”Iya,” aku menjawab sekenanya dan menggeser sedikit posisi dudukku untuk berkosentrasi membaca. Sial, apa dia tidak tahu kalau hatiku sendiri sedang gelisah gara-gara kehadirannya?

“Kamu nggak pernah berubah ya Ran,” tukas Wira. Aku terkejut mendengar kata-katanya. Sekarang salah satu tangannya sedang menopang dagu dan melihatku dengan pandangan yang lebih lembut.

Aku merasa tidak pernah kenal dekat dengan Wira. Kami tidak pernah sekelas. Aku mengagumi Wira karena ia pernah membantu seorang nenek menyeberang jalan, di saat anak-anak lain cuek dengan nenek itu. Penampilan dinginnya sama sekali tak terlihat dan ia kelihatan sangat ramah dan hangat. Sudah banyak gadis-gadis cantik yang mengejar cinta Wira, namun hati pemuda itu sama sekali belum tersentuh.

“Bagaimana kabar bunga anggrek kamu?” tanya Wira lagi.
“Hah, bunga anggrek?” pikiranku berputar tak mengerti dengan pertanyaan anehnya.
“Bunga anggrek yang kamu tanam di dekat kelas X-3 itu,”

Aku teringat dengan bunga anggrek warna ungu yang kutanam saat mendapat tugas biologi. Tiap hari aku siram dan kujaga agar tidak terkena sinar matahari terlalu banyak. Karena bunganya mekar dengan indah, Bu Marta guru biologiku, memintanya untuk ditanam di rumah.

“Kenapa kamu bisa tahu soal bunga anggrek itu?” tanyaku.

“Aku menyukai pelangi, yang jarang muncul tapi kehadirannya sangat menggugah hati. Jangan heran kenapa aku bisa tahu namamu atau bunga anggrek ungu itu. Aku lebih banyak tahu soal dirimu lebih dari apa yang kamu pikirkan,” ujar Wira penuh dengan teka-teki,”Saranku, jangan hanya tenggelam dalam buku-buku itu. Mulailah lihat sekeliling. Keajaiban itu tak jauh-jauh dari kita kok, malah menurutku kamu juga bagian dari sebuah keajaiban,” celotehnya panjang lebar.


Sebelum aku melontarkan pertanyaan, Wira beranjak dari kursi dan melenggang pergi. Senyumnya masih belum berubah. Aku heran dan sangat kebingungan. Siang ini adalah hari teraneh dalam hidupku, terutama semenjak aku berbicara dengan Wira. Seolah ada selubung rahasia yang ingin ia sampaikan melalui kata-katanya.

6 komentar

Ghiyatsableng mengatakan...

Good story.
Gak ada tokoh ketiga yang antagonis? Pasti lebih bagus nih cerita :)

Reffi Dhinar mengatakan...

masih perkenalan, belum menuju konflik.. terimakasih sudah berkunjung ^^

Roni Travel mengatakan...

wah di tunggu deh cerita selanjutnya mbak :D
828bet.com agen bola terpercaya piala dunia 2014 | Ameba pigg indonesia
Cipto Junaedy
828bet.com agen bola terpercaya piala dunia 2014
Nano Spray
Pulau tidung | wisata Pulau tidung | paket pulau tidung

Agus Adi Wibowo mengatakan...

bagus kata2nya,,

nice gan :D

Admin mengatakan...

menunggu kelanjutan ini mungkin hukumnya wajib.
hehe
#BlogWalking

Reffi Dhinar mengatakan...

terima kasih..sudah ada episode keduanya loh ^^