Caci dan Hina Menjelang Ramadhan

Miris dan konyol. Itulah yang bisa saya sampaikan pada para pendukung fanatik dua calon RI 1 dengan gaya arogan mereka. Asas demokrasi berpendapat, dinodai cara berkomentar penuh cacian dan hinaan. Mengaku berpendidikan tinggi dan paham politik, tetapi gaya bicaranya seperti tak kenal bangku sekolah.

Bedanya, para pendukung fanatik yang cenderung lebai itu, membeberkan fakta-fakta yang mereka ambil di media massa. Bukankah kita sudah tahu jika ada stasiun-stasiun TV yang cenderung memihak pasangan tertentu. Ya, love is blind. Tidak ada namanya kecap nomor dua. Masing-masing mengklaim kubunyalah yang paling bijak berwibawa.

Lebih parah lagi setelah banyak beredar foto-foto plesetan untuk lucu-lucuan di masa kampanye. Calon nomor 2 diplesetkan berpakaian ala girlband, sedangkan calon nomor 1 digambarkan dalam tokoh komik Jepang. Tolong rem kreativitas penuh hinaan tersebut. Salah satu di antara kedua calon tersebut akan menjadi pemimpin kita. Mereka punya sisi plus minus layaknya kita. Sebarkan fakta dalam koridor kesopanan dan bukan dengan kata-kata sarkastis, tak sopan dan penuh caci maki.

Menjelang Ramadhan marilah kita sadar diri. Saya tak berkompeten dalam menyerukan nafas religi, namun sebagai manusia saya hanya ingin bangsa kita damai. Apa hanya gara-gara berbeda idola capres maka anda akan menghindari kawan dan saudara anda? Biarkan suara anda tetap jauh dari unsur dengki. Prinsip Pemilu adalah LUBER (Langsung, Umum, Bebas, Rahasia). Silahkan pilih salah satu, hargai suara orang lain dan kalau bisa simpan koar-koar anda sampai hari pemilihan. Bebas, rahasia dan tenang.

2 komentar

Keke Naima mengatakan...

saya juga udah jengah banget dengan segala caci maki pilpres ini. Semoga ramadhan bisa diredam, ya

Reffi Dhinar mengatakan...

amiin, mbak Keke... jengah sekali melihat timeline facebook akhir-akhir ini