Embun di Kaca

  (Tema FF 1)

Sumpah, aku ingin memukulnya. Kenapa ia tidak datang tepat waktu? Selalu begini. Jim selalu datang terlambat lewat beberapa menit tiap kali memiliki janji. Tapi kali ini ia keterlaluan. Jim sudah telambat selama hampir satu jam. Aku ingin mencacinya kalau ia sudah datang nanti.

“Lihat, lihat, duh romantisnya,” beberapa suara gaduh di belakangku. Spontan aku menoleh dan melihat apa yang menjadi penyebab kehebohan beberapa remaja tanggung itu.

Dan itu ternyata dia. Sosok jangkung dan kurus yang sudah kutunggu sejak tadi,  sedang menuliskan kata ‘Sorry, i’m late honey. Luv u’ di dinding kaca kafe romantis ini. Serta merta tingkahnya membuatku terhenyak. Jim dengan cueknya dan cengiran konyolnya sedang mengguratkan jarinya di dinding kaca kafe yang memang baru saja dihampiri titik-titik hujan.

“Dasar, bodoh,” gumamku masih dongkol dan tak bisa menahan senyum.

Jim melangkah ke dalam kafe masih dengan senyum cerianya. Kemeja kotak-kotak hitamnya sedikit basah, celana jinsnya juga  kuyup semata kaki. Duh, memangnya darimana dia? Kenapa tidak berhati-hati saat berjalan?

“Dasar, lama amat sih datangnya. Shela sampai mau pulang duluan tadi. Untungnya dia baik hati, makanya mau nemenin aku buat nungguin kamu, beib,” Jihan, kawan karibku menyambut kekasihnya dengan nada merajuk.

Jim mengusap lembut kepala Jihan dan membagi ucapan terima kasih untukku,”Maaafin aku ya, Shel. Makasih kamu selalu nemenin Jihan waktu nungguin aku yang hobi ngaret ini. Tadi aku kena tilang, makanya lama banget,” ujarnya.

Ya, Jim adalah kekasih sahabat karibku. Bukan aku satu-satunya yang merindukannya. Di tiap pertemuanku dengannya, aku ikut tertular virus yang sedang menjerat Jihan. Aku tidak menjadi satu-satunya gadis yang jatuh hati pada Jim. Jihan tak pernah tahu jika tak hanya dirinya yang menginginkan pelukan hangat Jim. Akupun begitu.

“Sudahlah, yuk buruan pesan makanan,” kataku pada akhirnya meski dengan sengatan cemburu yang amat sangat melihat adegan mesra antara Jim dan Jihan.

Kubuang pandanganku ke dinding kaca yang masih menyisakan bekas tulisan Jim. Kubayangkan jika tulisan itu untukku. Embun di kaca itu sedikit menghibur hatiku. Aku berharap agar hatiku bisa segera netral kembali. Andai semudah itu.

Flash fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari Tiket.com dan nulisbuku.com #TiketBaliGratis

Tidak ada komentar