Terbang Bersama Gagak - #Prompt81





Rin meringkuk di ujung dapur berdebu. Bocah ceking itu tidak menangis ataupun terisak. Hanya saja tubuhnya yang gemetaran hebat tampak menyedihkan. Pecahan beling dari piring yang dilempar seenaknya seperti ufo terbang, gelas-gelas yang terbanting di tembok dan sebagian mengenai kepala Rin, ikut berserakan menyisakan sepi yang semakin pengap.

“Ibuu,” bisik Rin. Suaranya menyayat, hilang diterbangkan angin lembab.

Ia menggeliat, mencoba dan kemudian mengambil jeda. Tiap gerakan menimbulkan nyeri di sekujur tubuhnya yang lebam. Beberapa jam lalu, perempuan yang dipanggil Ibu, telah memberi tanda biru-biru di kepala, kaki, dan juga bagian yang lain.

“Dasar anak pungut tak tahu terima kasih!!” bentak ibunya hanya gara-gara Rin lupa membersihkan kandang ayam di belakang rumah.

Rin sudah tak ingin lama-lama di rumah itu. Suasana sepi makin lama berubah menjadi hantu di pikirannya sendiri. Beberapa menit kemudian suara berisik terdengar dari luar rumah.

“Ah, suara burung gagak,” batin Rin.

Secara spontan, Rin mulai berdiri. Langkahnya sedikit terhuyung. Ia berhati-hati melangkahkan kaki yang sekarang lupa bagaimana caranya menjejak dengan benar. Telapak kakinya pun penuh sayatan luka.

“Ayo-ayo terbang, Rin sayang! Ikut kami ke negeri jauh!” gagak-gagak yang berkumpul di atas rumah Rin berkaok-kaok dengan bahasa yang dimengerti bocah perempuan itu.

Rin melonjak kegirangan. Ia berlari dan mengayunkan tubuhnya di ayunan kayu yang dibuatkan khusus untuknya. Satu, dua, tiga lalu hap, di ayunan keempat ia meregangkan tangan sambil melepaskan diri dari ayunan. Burung-burung gagak menyambutnya dengan kegirangan. Ia terbang meninggalkan kenangan yang terserak di belakang.

***

Sementara para tetangga sedang mengerumuni mayat seorang perempuan yang dipanggil Ibu oleh Rin. Beberapa jam sebelumnya, perempuan itu ditusuk pisau oleh putri angkatnya yang meringkuk kesakitan. 

“Lihat, mayat gadis itu sungguh mengerikan. Ia mati dengan senyum di bawah ayunan,” bisik-bisik para tetangga.




8 komentar

Santi Dewi mengatakan...

haaa.... jadi dua2nya mati?

Reffi Dhinar mengatakan...

hehe.....benar sekali

Diah Dwi Arti mengatakan...

rin membunuh si ibu? oh oh...

Diah Dwi Arti mengatakan...

rin membunuh si ibu? oh oh...

RedCarra mengatakan...

Lho kok, tahu-tahu si Ibu dibunuh Rin? Kapan?

jampang mengatakan...

waduh, main bunuh2an... :(

dea putri risdianti mengatakan...

wah mengerikan sekali. jadi ceritanya rin lupa membersihkan kandang ayam terus kelahi sama ibunya dan akhirnya rin membunuh ibunya?
kata-katanya bagus banget. hayalannya juga luas banget. aku suka. udah kaya novel aja. tapi salahnya singkat banget. aku juga gak tau awalnya gimana, terus kok tiba-tiba main bunuh-bunuhan aja. luar biasa. keren. aku suka :)

dea putri risdianti mengatakan...

wah mengerikan sekali. jadi ceritanya rin lupa membersihkan kandang ayam terus kelahi sama ibunya dan akhirnya rin membunuh ibunya?
kata-katanya bagus banget. hayalannya juga luas banget. aku suka. udah kaya novel aja. tapi salahnya singkat banget. aku juga gak tau awalnya gimana, terus kok tiba-tiba main bunuh-bunuhan aja. luar biasa. keren. aku suka :)