Jadi Content Creator Jangan Nyebelin!




Saya selalu sebal tiap kali mendengar berita yang aneh-aneh dari para content creator macam begini.

Influencer meminta sponsor pada perusahaan travel untuk biaya traveling sekeluarga.
Youtuber yang minta menginap gratisan selama beberapa hari di hotel bintang 5.
Selebgram yang memosting foto-foto editan agar terlihat sebagai orang kaya dan bertaburan uang untuk liburan.

Sering mendengar atau membaca berita itu? Hanya berbekal rasa percaya diri yang overlimit, follower ratusan ribu hingga jutaan, seorang content creator lalu menurunkan harga diri dan kesopanannya untuk minta gratisan. Padahal meski jumlah follower bejibun, belum tentu followernya bisa juga membeli atau menggunakan produk yang dipakai. Apa iya ada jaminan 80% dari follower itu akan menginap di hotel bintang lima yang biaya menginap per malamnya saja sama dengan biaya hidup sebulan untuk anak kos? Saya sangsi sekali.

Content creator memiliki skill untuk membuat konten menarik, menghibur, serta informatif lewat media sosial. Seorang bloger, selebgram, selebtweet, Youtuber itu punya kemampuan dalam memberi pengaruh. Namun sayangnya, berkaca dari fenomena yang sering terjadi akhir-akhir ini, kesombongan atas jumlah follower dan tawaran barang endors, membuat mental miskin jadi tumbuh subur. (Baca Juga: Tips Menjadikan Konten Blog Sumber Rezeki)

Apa saja sih yang harus dihindari agar kita bisa menjadi content creator yang baik dan tidak nyebelin?

(Update poin terakhir 4 Mei 2020)

Perkuat Personal Brand, Bukan Minta Gratisan

Jika Anda seorang bloger yang bergabung di sebuah grup bloger atau menjadi anggota di platform social media agency, maka sah-sah saja untuk melamar pekerjaan yang tersedia oleh brand. Ini sama dengan kita melamar pekerjaan di platform sejenis Jobstreet dan Jobs ID. Tetapi jangan sampai mengemis-ngemis kepada calon klien atau minta gratisan dengan alasan akan dipromosikan di medsos yang followernya jutaan. It’s a big no no!

Fokus saja dalam membuat konten yang menarik dan bertumbuhlah dengan follower secara organik. Saya pernah iseng membeli jasa membeli follower. Memang kesannya wah sekali langsung dapat ribuan follower hanya dalam waktu beberapa hari. Tetapi namanya juga sistem bot (robot), tak lama kemudian, follower itu akan menurun perlahan hingga sisanya kini hanya sekitar 100 follower saja. (Baca Juga: Tips Menggaet Job Menulis di Website Freelancer)

Maka sangat hebat jika Anda bisa menghimpun follower baru tanpa akun bot dengan konten khas yang selalu ditunggu. Bangun saja personal brand dari situ, biarkan karya yang berbicara sehingga brand atau calon klien yang tertarik dengan sendirinya lalu mengajak kerjasama. Untuk para pemilik produk atau bisnis, jangan asal mudah terbujuk omongan para influencer juga.

DSLR camera
Content Creator
          (Source: Unsplash/@bantersnaps)

Lebih baik bangun branding bisnis dengan mempekerjakan admin yang paham soal social media marketing. Jikalau ingin bekerjasama dengan content creator, buat kesepakatan resmi dengan brief yang diinginkan agar tidak mendapat hasil zonk. Kalian berhak menerima laporan engagement rate dan insight (misalnya di Instagram) dan juga jumlah pageview jika dibuatkan artikel di blog.

Bekerja Semaksimal Mungkin Sesuai Pasal Kerjasama

Jika memang sudah ada brand yang ingin dibuatkan konten di media sosial dan blog kita, ya kerjakan dengan semaksimal mungkin, jangan setengah-setengah. Pernah saya membaca beberapa keluhan dari para pebisnis yang bekerjasama dengan influencer. Masalahnya seperti tidak diposting-posting meski barang dan fee telah dibayar sampai marah-marah ketika dimintai laporan engagement postingannya.

Roda selalu berputar dan apa yang kita tabur pasti akan kembali. Jika ketika bekerja kita seenaknya saja dan tidak punya attitude yang baik pada klien, maka jangan heran jika lama-kelamaan nama kita akan masuk daftar black list hingga takkan ada yang mau mengajak kerjasama lagi. Kerjakan sebelum deadline dan pastikan sudah sesuai dengan brief yang dikirim klien.

Tidak Saring Sebelum Sharing

Saat sedang viral tentang sebuah berita, akan banyak content creator yang mengangkat isu aktual sebagai tema kontennya. Ingat dengan viralnya thread KKN Desa Penari? Setelah thread di Twitter itu viral, banyak Youtuber yang membuat konten bertema mistis di channelnya, mulai dari menganalisa apakah ceritanya benar atau tidak, sampai berusaha menjelajahi lokasi yang diperkirakan menjadi tempat kejadian sesungguhnya.

Tidak masalah jika ingin mengangkat topik yang sedang ramai, yang menjadi masalah adalah jika asal membagikan berita yang belum jelas kebenarannya, kemudian ditambahi caption yang menggiring opini publik. Asal share di medsos juga bisa berbahaya jika link yang kita bagikan itu hanyalah berita hoaks yang mengejar bombastisnya cerita saja. Kita harus memilah informasi dari berbagai sumber lalu mencari validasi berita yang benar sebelum menekan tombol share.




Plagiat Itu Haram

Nah ini yang paling nyebelin tingkat dewa. Pernah saya iseng mengetik judul artikel di Google, muncul link-link artikel blog yang setelah saya kroscek, asalnya plagiat dari blog saya di wordholic.com ini. Tidak ada nama saya sebagai penulis serta asal linknya. Dan proses plagiat itu terjadi dari tahun 2014 sampai 2017. Setelah saya bombardir di kolom komentar blog si plagiator, bukannya meminta maaf, postingan-postingan itu kini menghilang.
(Baca Juga: Tips Membuat Konten Blog Berkualitas)

Ingatlah, mau secapek apapun Anda memplagiat konten orang lain, Anda tidak akan bisa pernah menyamai kemampuan pencipta aslinya. Terinspirasi boleh saja, namun plagiat adalah perkara berbeda. Mau berpura-pura sampai satu dekade, jika tidak pernah berlatih membuat konten original, maka kemampuan plagiator tidak akan sebagus mereka yang belajar dari nol.

red brick wall with live, work, create. quote
Bekerjakeraslah, namanya juga hidup!
     (Source: Unsplash/@jontyson)



Panjat Sosial Lewat Penderitaan Orang Lain

Artikel ini akhirnya saya perbaharui karena sesuai konteksnya, seorang content creator seharusnya bisa berkarya secara kreatif tanpa menjatuhkan martabat orang lain. Oke jika karyamu original dan banyak sekali pendukung atau followernya, tetapi akan menjadi hal yang sangat menjijikkan jika karya itu dibuat demi panjat sosial, demi sok keren-kerenan padahal sangat tidak beretika.

Teman-teman mungkin sudah tahu tentang tindakan salah satu Youtuber bernama Ferdian Paleka yang melakukan prank dengan memberi sembako berisi sampah. Atau yang sempat menuai kecaman sebelumnya adalah melakukan prank kepada bapak ojol sampai menangis lalu diberi sumbangan. It's so ashameful! Saya tidak bisa menaruh respek pada content creator yang tidak punya empati. Coba misalnya dibalik, jika Anda yang dikerjain sambil direkam lalu di ujung cerita kita Anda diberi uang. Semuanya demi konten. Kita boleh membuat konten menghibur dan menggugah, namun carilah cara yang tetap memanusiakan sesama. Jangan menjadi budak popularitas yang akhirnya hanya membuat konten sampah dan merusak harga diri orang lain.


Itulah beberapa hal yang sering membuat saya gemas ketika menemukan kasusnya. Mau jadi content creator jempolan, ya harus rela belajar dari berbagai sumber, mau meluangkan waktu untuk menekuni bidangnya, serta tetap menghargai orang lain. (Baca juga: Tips Menulis Cerita Romance)

Bermimpi itu gratis, namun untuk mewujudkannya butuh keringat, punggung pegal, sampai menjauh sementara dari hura-hura. Kalau tidak siap membayar harga perjuangannya, sudahlah mending jadilah penikmat karya saja, jangan gadaikan harga diri dengan berpura-pura! 

12 komentar

Okapi note mengatakan...

kalau ada pihak yang memplagiat content kita, bisa dilaporkan gak sih?
Kesel juga ya udah cape bikin content tapi ditiru orang.
Soal youtuber juga lebih banyak content yang menebar kekayaan dibandingkan manfaatnya.

Reffi Dhinar mengatakan...

Sayangnya kalau melapor ya perlindungannya masih lemah, makanya biasanya si tukang plagiat diviralin biar malu, apakah akan jera? Wallahualam

Mas Prim mengatakan...

Apa yang ditabur itu yang dituai, masalahnya yang menuai tidak selalu yang menabur.

Kalau kasusnya seperti ini, akhirnya yang dirugikan jadinya adalah citra diri kawan bloger, influencer, youtuber dan content creator lainnya yang nggenah dalam membuat konten.

Saya suka pembahasannya, mungkin kalau diselipin kasus prank ojol, sepertinya akan menarik.

kantorbos mengatakan...

Sangat menginspirasi tulisannya, plagiat memang virus berbahaya bagi penulis, tersulut dorongan untuk serba instan, mudah dan tidak mau berusaha keras.
-

Hazuka mengatakan...

nah betul sekali mas.

Tira Soekardi mengatakan...

setuju dengan tulisan ini

Arenapublik mengatakan...

ya intinya harus ada yg dikorbankan emang hehe

BlogSabda.com mengatakan...

suka dengan quote ini mbak
"Ingatlah, mau secapek apapun Anda memplagiat konten orang lain, Anda tidak akan bisa pernah menyamai kemampuan pencipta aslinya. Terinspirasi boleh saja, namun plagiat adalah perkara berbeda."

Plagiat tidak akan membuat seseorang berkembang, hanya sebatan copy dan paste, jelas tidak ada kemampuan yg diasah.

Saya lagi nyoba kuatin personal branding di twitter bikin utas2 finansial mbak,

Reffi Dhinar mengatakan...

Iya benar, :)

Reffi Dhinar mengatakan...

Mental plagiator itu membuat mereka jadi makin tidak kreatif sebenarnya

Reffi Dhinar mengatakan...

Smangat ya, sudah tahu nichenya jadi fokus brandingnya

Reffi Dhinar mengatakan...

Tidak ada yang gratis demi mimpi hehe