Cara Mengatasi Hambatan Menulis Buku

 

tips menulis buku

Penulis adalah profesi yang semakin melonjak pamornya akhir-akhir ini. Apalagi dengan adanya pandemi, serta-merta mulai bermunculan kelas-kelas menulis daring untuk mengalihkan pikiran negatif. Maka mulai banyak bermunculan orang-orang yang ingin menulis, termasuk menerbitkan buku.

Namun, menjadi penulis buku juga tidak lepas dari hambatan. Rasa takut untuk melangkah, saya simpulkan penyebabnya secara umum menjadi dua hal di bawah ini:

  • Tidak ada waktu cukup
  • Takut bukunya tidak ada yang beli

Untuk bisa mengatasi hambatan-hambatan tersebut, kamu bisa mencoba beberapa hal di bawah ini.

Mengatur Waktu Agar Bisa Menulis Buku

Ide sudah ada, tetapi kendala waktu bisa membuat kita jauh dari impian.  Menulis buku butuh napas panjang, jadi kita butuh disiplin dan komitmen dalam pengerjaannya.

Lantas bagaimana solusi agar buku itu bisa dimulai hingga selesai?

  • Track kegiatan selama seminggu

Sebelum mulai menulis, catat kegiatan yang kalian lakukan dari bangun hingga malam. Sejujur mungkin. Lakukan selama seminggu.

Contoh: 

Jam 5: bangun lalu salat subuh 

Jam 6: masak buat keluarga 

Jam 7: menemani anak sarapan dan belajar daring Jam 8: beres-beres rumah 

Jam 9: cuci baju 

Jam 10: jemur pakaian 

Jam 12: makan siang lalu menemani anak tidur, dan seterusnya sampai malam.

 

 

tips menulis buku

  • Analisis catatan kegiatan

Sudah ditulis apa saja kegiatan harian kalian? Jangan lupa jujurlah juga jika ada waktu main medsos selama sejam misalnya. Dalam 24 jam pasti ada kegiatan yang bisa kita jadikan lebih efisien atau bisa kita perpendek. Contohnya main medsos cukup 15 menit saja.

 

  • Membuat goal-setting buku

Goal-setting ini menentukan tujuan akhir yang dipecah menjadi kegiatan dengan deadline. Saya suka ikut lomba untuk memacu diri dengan deadline. Kalau merasa motivasi diri kurang, maka ikutlah lomba dengan tujuan agar naskah selesai dan mudah membuat goal-setting.

Tentukan jumlah halaman buku. Bagi waktu menulis untuk kegiatan harian. Misal, buku 100 halaman, sekitar 25 ribu kata, deadline 60 hari. Maka, bagi 25 ribu kata: 60= 416 kata per hari. ✅

416 kata dibagi waktu menulis pagi 200 kata, malam mau tidur 216 kata. ✅

Buat pengingat dengan alarm di hape. Ingat tujuannya hanya agar naskah selesai, jadi tulis saja tanpa mengedit hingga draft selesai. Kalau ingin beneran ikut lomba, otomatis persingkat waktu menulis agar draft awal selesai lebih cepat dan ada waktu mengedit.


  • Riset sambil melakukan kegiatan harian

Ketika menunggu cucian di mesin cuci atau menunggu tandon air terisi penuh di rumah, saya bisa lakukan sambil membaca. Membaca ini perlu untuk riset tulisan. Set waktu 10 menit saja sudah cukup.

Riset di internet pun harus diberi alarm agar tidak kebablasan sampai lupa mengolah cerita atau konten yang akan kamu siapkan dalam buku.  


tips menulis buku

  • Temukan waktu paling nyaman

Kalau ingin menulis dengan santai, maka buat target lebih leluasa. 100 halaman dalam 3 bulan contohnya. Tetap buat jurnal untuk menyusun jadwal dan isi secara jujur berapa jumlah kata yang sudah ditulis. Temukan waktu paling nyaman untuk menulis, misalnya pagi sebelum anak-anak bangun.


Tidak Menulis Karena Takut Buku Tidak Laku

Takut buku tidak laku, apalagi karya perdana, adalah  sebuah ketakutan yang menurut saya sangat manusiawi.

Menulis buku memerlukan waktu, riset, lelah, yang tidak ringan. Ya kita semua tahu itu. Lantas, bagaimana agar ketakutan itu bisa diminimalisir?

Cara saya adalah dengan mencintainya tetapi tidak mengkultuskannya. 😊

Saya tidak akan berbicara soal marketing buku. Kalian bisa mencari di berbagai sumber. Tiap penulis dan penerbit memiliki cara yang unik untuk promosi dan membangun branding. Tinggal coba saja dan pahami mana yang paling efektif.

Pada dasarnya ketakutan itu terjadi malah jauh sebelum bukunya benar-benar selesai atau dicetak. Hayo, ngaku! Mungkin malah ketika baru menulis bab-bab awal, akhirnya stop karena ketakutan itu muncul.

Lantas bagaimana saya bisa mengusir sejenak rasa takut untuk menulis buku? Kembali lagi ke jawaban saya di atas. Saya mencintai semua karya tetapi saya tidak pernah mengkultuskan buku-buku itu.

Yang saya lakukan ketika menulis:

  1. Memupuk ide sampai benar-benar menarik untuk ditulis.
  2. Riset
  3. Menikmati setiap proses
  4. Belajar dari tiap saran editor

Menulis buku adalah cara menguji kemampuan dan daya tahan diri untuk memperjuangkan sesuatu. Buku tidak perlu kekayaan harta atau kemurnian jiwa seperti malaikat. Lihat saja cerita penuh kegelapan, tetap ada pembaca, 'kan?

Buku itu dibuat sebaik mungkin sesuai proses yang kita alami. Namun, dengan tidak menganggapnya sempurna dan layak mendapat predikat apapun dari pembaca, rasa takut itu mulai terangkat dari pikiran saya. Dia hanya bagian saya, manusia yang sama tidak sempurnanya.

Apapun yang kita pilih,bukankah selalu punya kemungkinan berhasil atau gagal?

Bedanya jika kita mencintai impian, kita akan tetap maju dan menikmatinya, inilah yang disebut IKIGAI.


Saya tidak akan berhenti menulis sebab dengan inilah saya menceritakan bagian dari proses pengalaman berpikir, kritikan dan keluhan, hingga rasa cinta dan sakit yang bukan hanya milik sendiri. Sebagian ide cerita itu berasal dari mereka yang pernah menitipkan ceritanya kepada saya.

Jadi kapan kamu akan mulai menulis? 😊

3 komentar

Anisa AE mengatakan...

bener banget ini, Mbak, banyak banget hambatan menulis terlebih lagi minder dengan karya sendiri. Belum lagi kesibukan ekstra, walau masa pandemi kayak gini malah ramai kelas menulis jadi tidak bisa ikut semuanya dna harus atur jadwal.

Reffi Dhinar mengatakan...

Iya mbak Anisa, hambatan akan selalu ada, kalau nurutin itu, bakalan nggak nulis-nuliis :D

Tira Soekardi mengatakan...

ada satu novel aku yg terhambat karena sekarang aku gak bisa lama-lama di depan komputer, perih mataku